Adat Istadat – Böwö dan Pohon Böwö di Kepulauan Nias
Rupanya perlu suatu pernyataan terbuka perihal istilah Böwö, karena pada umumnya istilah Böwö disamakan dengan uang atau mas kawin. Begitu pula pada rapat LBN Kota Gunungsitoli pada bulan Maret 2017 yang saya hadiri. Untuk mendapatkan artikel ini Anda dapat memperolehnya di Museum Pusaka Nias. Silahkan baca selengkapnya di sini :
Mengidentifikasi Sosok Si’ulu Laowoziduhu
PendahuluanMengawali tulisan ini, saya harus mengucapkan terimakasih kepada Marselino Fau, seorang pemerhati warisan budaya Nias yang telah menjadi teman diskusi dan karenanya telah mendorong saya untuk mencoba mengidentifikasi sosok Laowoziduhu lalu menguraikannya dalam tulisan singkat ini.Laowoziduhu dalam sejarah NiasSepanjang yang dapat kita ketahui di kepulauan Nias (tempo dulu) ada belasan
Omo Ruyu, Omo Nifolasara Bawömataluo
PendahuluanBelakangan ini industri pariwisata kepulauan Nias kembali menggeliat bangun setelah mengalami mati suri selama belasan tahun. Masih segar dalam ingatan, dekade-dekade yang lalu Nias menjadi terkenal hingga ke mancanegara karena potensi wisatanya. Harapan akan bangkitnya industri pariwisata kepulauan paling barat di Sumatera ini tentu akan ikut mendongkrak jumlah pengunjung ke
Sejarah Portugis di Indonesia
Pada tahun 1505 Armada Portugis bertolak di Lisbon, ibukota negara Portugal, dengan 22 Kapal Laut, l/k 1.000 orang awak kapal dan 1.500 prajurit. Komando di tangan Francesco de Almeida yang sebelumnya diangkat oleh raja Portugis menjadi Wakil Raja Portugis untuk India. 3 dari 22 kapal berada di bawah komando seorang
Kegiatan Pelaksanaan Pesta Perkawinan
Pepatah lama mengatakan: “Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, lain kampung lain adatnya”. Dalam bahasa Nias terdapat pula pepatah yang sepadan dengan itu berbunyi : “Sara nidanö sambua ugu-ugu, sambua mbanua sambua mböwö”. Terjemahan bebasnya ialah satu sungai tersendiri bunyi airnya, satu desa tersendiri adatnya. Dibawah ini penulis
Berkomitmen Mendukung Pelestarian Cagar Budaya Nias
Sehubungan dengan penghargaan yang telah dianugerahan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Pastor Johannes sebagai salah seroang Tokoh Nasional dalam Pelestarian Cagar Budaya Nias, maka Pengelola Museum Pusaka Nias terus menggulirkan isu pelestarian sebagai program bersama seluruh elemen masyarakat di pulau Nias. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah diskusi tematis bertajuk
Mutiara Pertama Bagi Museum Pusaka Nias
Berbagai cara telah ditempuh untuk mencari orang-orang yang mau peduli dan ikut terlibat dalam pelestarian budaya Nias melalui pengembangan Museum Pusaka Nias dan kegiatannya. Menghubungi berbagai orang-orang Nias maupun non-Nias, baik yang ada di daratan pulau Nias maupun yang ada di perantauan untuk ikut dalam misi pelestarian budaya Nias sebagai
Wakil Ketua SIKIB Kunjungi Museum Pusaka Nias
Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Rabu (25/9/2013) mengunjungi Kabupaten Nias Utara dalam rangka meresmikan rumah pintar di kecamatan Lotu sekaligus peninjauan lokasi pembangunan sarana sanitasi di desa Maziaya, Lotu, Kabupaten Nias Utara yang dipimpin oleh Ratna Djoko Suyanto, Wakil Ketua II SIKIB.Selepas dari Kabupaten Nias Utara, rombongan SIKIB, Bupati
MPN Diramaikan Pengunjung
GUNUNGSITOLI – MPN, Berbeda dari hari-hari biasa, hari ini (10/11/2011) tepat pada saat MPN merayakan HUT ke-16, MPN tampak dipadati oleh para pengunjung. Ini menunjukkan bahwa para pengunjung tidak menyia-nyiakan kesempatan baik yang diberikan oleh MPN. Betapa tidak, hari ini MPN memberikan kebebasan kepada para pengunjung untuk mengunjungi MPN tanpa
Meneruskan Pusaka Pulau Nias
Apa ikon Pulau Nias setidaknya selama satu dekade terakhir? Dulu orang hanya mengenal yang namanya tarian dan budaya lompat batu. Tetapi kemudian satu nama muncul dan disebut-sebut: Museum Pusaka Nias (MPN). MPN, tak pelak telah menyedot perhatian banyak kalangan, untuk juga tidak melewatinya setiap kali berkunjung ke Pulau Nias. Bagaimana