KEGIATAN KAMI

Konservasi Warisan

Kebudayaan itu harus berada dan hidup di tengah masyarakat bukan di dalam gedung museum. Salah satu pengetahuan dan produk peradaban terbesar para leluhur Nias adalah arsitektur tradisional yaitu rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu. Arsitektur tradisional ini tersebar di berbagai desa di seluruh Pulau Nias. Rumah-rumah adat tersebut telah menjadi sarana untuk mempraktekkan adat istiadat Nias. Karena itu rumah adat, bukan hanya tempat hunian melainkan  menjadi pusat pelestarian tradisi. Itulah sebab namanya disebut sebagai rumah adat [omo hada].

konservasi_warisan_museum_pusaka_nias_2

Atap baru di rumah adat gaya Nias Utara.

Membangun rumah adat adalah identik dengan membangun dan mempraktekkan tradisi atau adat mulai dari perencanaan hingga selesai dan diresmikan. Proses dan tahapan pembangunan sebuah rumah adat Nias selalu diwarnai dengan upacara adat yang melibatkan para kerabat dan masyarakat sekampung serta para tukang. Karena itu, dimana rumah adat bertahan dan terus dibangun, disitulah tradisi dan pengetahuan arsitektur hidup dan disitu juga tradisi itu hidup.

konservasi_warisan_museum_pusaka_nias_3bHingga tahun 2013, masih terdapat sekitar 1.112 rumah adat yang tersebar di seluruh Pulau Nias. Paling banyak berada di Nias Selatan. Pulau Nias terkenal dengan arsitektur tradisionalnya yang unik dan kekayaan budaya megalitiknya. Rumah adat itu unik karena tidak menggunakan paku besi dalam strukturnya dan memiliki konstruksi yang fleksible, namun kokoh pada saat gempa bumi terjadi.

Sayangnya, dari tahun ke tahun, rumah adat Nias semakin berkurang jumlahnya, karena banyak warga Nias yang lebih suka membangun rumah beton. Selain itu, biaya pembangunan dan pemeliharaan rumah adat sangat memberatkan pemiliknya karena kayu-kayu di Pulau Nias sudah sulit didapat.

Rumah adat yang terbuat dari kayu dan atap dari daun rumbia yang menuntut perawatan dan penggantian secara rutin setiap 3 tahun membuat umur rumah semakin pendek.

Terlebih lagi setelah terjadi bencana alam gempa bumi di pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005. Semua organisasi pemberi bantuan, diantaranya: BRR, ADB dll., hanya mau memberikan bantuan untuk mendirikan rumah beton. Kebijakan organisasi besar itu merupakan salah satu kampanye untuk meninggalkan dan membiarkan rumah adat Nias hancur dan punah.

konservasi_warisan_museum_pusaka_nias_4

Rumah Adat yang rusak waktu gempa tahun 2005.

Sejak itu pula, Museum Pusaka Nias berjuang melakukan kampanye untuk menyelamatkan rumah adat Nias dan situs-situs megalit. Berjuang meyakinkan organisasi internasional dan warga Nias bahwa rumah adat Nias merupakan bangunan yang cocok di daerah gempa bumi dan merupakan sarana pelestarian budaya sebagai identitas suku bangsa Nias.

Digital StillCamera

Rehabilitasi megalit de desa Olayama

Perjuangan yang melelahkan itu membuahkan hasil. Sejumlah organisasi besar dan lembaga internasional memberikan perhatian pada penyelamatan rumah adat Nias dan situs-situs megalit. Lembaga-lembaga tersebut menaruh kepercayaan pada Museum Pusaka Nias untuk melestarikan aset kebudayaan Nias dan menjadi mitra dalam pelestarian rumah adat dan situs megalith.

Semua proyek itu dikerjakan bersama pemilik rumah. Pemilik rumah menjadi kontraktor pembangunan rumah adatnya, sedangkan Museum Pusaka Nias menyediakan dana dan bantuan pemikiran serta mengawasi kualitas pekerjaan pembangunan rumah. Dana yang sudah disetujui bersama dengan pemilik rumah dan donor, diberikan seluruhnya kepada pemilik rumah untuk membeli bahan dan membayar gaji para tukang. Tidak ada pemotongan dari setiap dana yang telah disetujui. Semuanya diberikan kepada pemilik rumah secara bertahap sesuai kesepatakan dan kemajuan pekerjaan.

Di setiap pembangunan rumah, pemilik rumah diwajibkan memberikan kontribusi dalam bentuk tenaga dan sebagian kecil material. Ini merupakan cara membangun rasa memiliki dalam diri para pemilik rumah, sehingga mereka merasa tetap memelihara warisan budayanya. Melalui pembangunan rumah adat itu, terjadi revitalisasi dan transfer pengetahuan dari para tukang senior kepada para generasi muda yang bekerja untuk membantu tukang.

konservasi_warisan_museum_pusaka_nias_6

Staf museum memfasilitasi rehabilitasi rumah-rumah tradisional bersama-sama dengan masyarakat

Berikut rekapitulasi Rumah Adat dan Situs Megalith yang direhabilitasi dan direstorasi oleh Museum Pusaka Nias bekerjasama dengan berbagai organisasi sbb.: Totalnya 372 rumah adat and 5 situs megalitik.






























































































DONOR DAN MITRA RUMAH ADAT SITUS MEGALIT TAHUN
Kindernothilfe.e.V - Jerman 108 2005 -2006
Kedutaan Besar Amerika Serikat - Jakarta 2 2006
Neustadt Schleswigholsteein - Jerman 9 2006
Warga Kota Konstanz - Jerman 18 2006
The Johanniter - Jerman 26 2007
Brigitte Ott - Austria 1 2007
Warga Kota Munster - Jerman 10 2008
Caritas Italiana 31 2008 - 2010
Muslim Aid & BPPI-Jakarta 2 2009
Turnstone Tsunami Fund - Inggris 5 2009
Gubernur Tirol Selatan - Italia 1 2010
Tirto Utomo Foundation-Jakarta 10 1 2010 - 2013
Multi Donor Fund - ILO 149 4 2009
TOTAL 372 5 2005 - 2013


konservasi_warisan_museum_pusaka_nias_7Proyek Lain

Selain rumah adat dan situs megalith, Museum Pusaka Nias juga menata situs-situs lain yang memiliki nilai sejarah dan arkeologis. Diantaranya membangun jalan setapak dari batu-batu alam menuju Gua Tögi Ndrawa yang terletak di Desa Lelewönu Niko’otanö, Kecamatan Gunungsitoli. Dari hasil penelitian arkeologis, Gua ini sudah dihuni oleh manusia purba yang berbudaya Hoabinh lebih 12.000 tahun yang lalu dan merupakan gua yang tertua di pantai Barat Sumatra.

Proyek ini dimungkinkan dengan dana dari Yayasan Tirto Utomo.


 

ARSITEKTUR NIAS

omo-hada-northern-style-w1Gaya rumah adat 'Omo Hada' dari utara

omo-hada-northern-style-w2Gaya rumah adat 'Omo Hada' dari utara

omo-hada-southern-style-w3Gaya rumah adat 'Omo Hada' dari selatan

omo-hada-southern-style-w5Gaya rumah adat 'Omo Hada' dari selatan

omo-hada-central-style-wGaya rumah adat 'Omo Hada' dari Nias tengah

nias-tengahGaya rumah adat 'Omo Hada' dari Nias tengah

tetegewo-gomo-houseGaya rumah adat 'Omo Hada' dari Nias tengah

lololakha_facade  Penglihatan rumah adat gaya utara.

Semua gambar oleh Prof. Alain Viaro


Pendukung

Organisasi berikut mendanai rehabilitasi rumah-rumah tradisional di Pulau Nias dari pasca gempa.

1-multi-donor-fund

1b-ilo

Donor terbesar adalah Multi Donor Fund dan ILO yang bersama-sama mendanai rehabilitasi 149 rumah-rumah tradisional dan 4 situs megalitik

Kindernothilfe e. V. Logo

Kinder not Hilfe dari Jerman mendanai 108 rumah.

3-caritas-italiana

Caritas dari Italia mendanai 31 rumah.

4-johanniter

Die Johanniter dari Jerman mendanai  26 rumah.

6-konstanz-stadt

Warga kota Konsanz dari jerman mendanai 18 rumah.

5-tirto-utomoYayasan Tirto Utomo dari Jakarta mendanai 10 rumah dan 1 situs megalit.

7-stadt-neustadtWarga kota Neustadt dari jerman mendanai 9 rumah.

8-turnstone-tsunami-fund

Turnstone Tsunami Fund dari Singapura mendanai 5 rumah.


 

© Yayasan Pusaka Nias 2017. Designed & Edited by Björn Svensson & Shanti Fowler