ATRAKSI MUSEUM
Mini Zoo
Museum Pusaka Nias mempunyai mini zoo khusus satwa liar dari Nias. Pemeliharaan satwa liar di museum bertujuan sebagai pendidikan satwa Nias, terhindari dari kepunahan. Mini zoo ini, terutamanya buaya-buaya, adalah salah satu atraksi paling populer di Museum karena kebanyakan orang Nias sekarang, jarang melihat satwa liar apapun.
Pada awalnya Museum Pusaka Nias tidak bermaksud menampung binatang-binatang langka yang dilindungi undang-undang tersebut. Namun, rupanya perburuan satwa di Nias masih berlangsung baik disengaja maupun tidak disengaja. Untung saja, masih ada warga tidak langsung membunuhnya. Binatang yang ditangkap tersebut dibawa dan disumbangkan ke Museum Pusaka Nias. Walaupun banyak yang dihibahkan, tetapi ada juga yang didapat dengan ganti rugi. Kadang kalau warga membawa satwa ke museum dan mengatakan "Kalau tidak dibeli oleh museum, maka saya menjualnya ke restoran yang ada di kota Gunungsitoli." Untuk mencegah agar satwa tidak dibunuh atau dipotong untuk dimakan, maka terpaksa Museum Pusaka Nias membeli satwa tersebut.
Jenis-jenis binatang yang ada di Kebun Binatang Museum saat ini adalah pilihan dari mamalia, reptil dan burung asli Pulau Nias.
- Mamalia: tiga jenis rusa (rusa, kijang dan kancil), monyet, binturung, landak dan kelelawar.
- Reptil: tiga ekor buaya air asin besar, berbagai jenis kura-kura air tawar dan ular.
- Burung: Berbagai jenis elang, burung bayan, burung enggang dan beberapa spesies lainnya.
Koleksi budaya alam ini terus ada perubahan bila ada orang menyumbangkan hewan baru, dan juga kalau ada yang sudah berkembangbiak.
Mini zoo Museum juga sudah terlibat dalam pekerjaan konservasi. Kadang-kadang hewan yang telah dilindungi tapi yang sedang disimpan secara ilegal, dibawa ke museum setelah disita oleh pihak berwenang. Bila ada kemungkinan, Museum sudah bekerja sama dengan organisasi lingkungan untuk merawat atau memulangkan hewan-hewan ini. Pada tahun 2010 Museum ini menyelenggarakan penyerahan orangutan yang disita dari Nias, kembali ke Sumatera bersama-sama dengan Program Konservasi Orangutan Sumatera.
Pada tahun 2016 dua ekor merpati dari jenis yang tidak diketahui diserahkan ke museum. Ternyata ini adalah sepasang burung terancam punah dan sangat langka jenis merpati, yaitu Merpati Hutan Perak. Dengan bantuan dari Zoo Heidelberg di Jerman, Museum membangun kandang burung yang khusus untuk mereka. Ini adalah satu-satunya pasangan dari jenisnya di penangkaran di seluruh di dunia. Heidelberg Zoo juga telah memberikan pelatihan berharga untuk staf mini zoo Museum.
Kita sering menemukan berbagai ukiran yang ada di dalam rumah adat Nias, ada yang berupa binatang, tumbuhan, perhiasan dan benda-benda yang dimiliki oleh pemilik rumah. Ukiran tersebut hanya sekedar dekorasi rumah tetapi ada juga yang mempunyai arti tersendiri bagi pemilik rumah. Pemilik dan pembuat ukiran hendak mengekspresikan pikiran, isi hati dan keberadaan, kondisi hidup dan status sosialnya lewat ukiran. Kadang juga ukiran tersebut hanyalah sebuah karya seni dan tidak mempunyai tujuan untuk menyampaikan sesuatu. Buaya, Rusa, Kancil, Elang, Enggang, Monyet, Cicak, Biawak, Tenggiling dll., merupakan binatang yang sering menjadi ukiran dekorasi rumah untuk menggambarkan status sosial dan keadaan pemilik rumah. Binatang-binatang tersebut ada juga yang sering digunakan dalam “Amaedola” (peribahasa) di Nias.
Hewan-hewan yang ada di Nias sangat erat hubungannya dengan tradisi lisan, khususnya mite dan peribahasa. Oleh karena itu kehadiran kebun binatang kecil di Museum Pusaka Nias sebagai sarana pendidikan budaya dan pengenalan lingkungan kepada anak-anak.
Mini Zoo Museum Pusaka Nias terbuka untuk umum setiap hari.
FASILITAS MUSEUM
BEO NIAS
Burung Beo sering digunakan sebagai ikon untuk Nias.
Beo Nias (Gracula robusta) adalah sejenis anggota familia burung Sturnidae (jalak dan kerabat) yang hanya dapat ditemukan di pulau Nias. Ini adalah burung penyanyi yang sangat baik dan karena itu sangat dihargai. Karena perangkap berlebihan oleh pemburu diyakini bahwa beo sekarang punah di alam liar.